11122013 (Menjenguk Teman Kelas Yang Sakit)

Rabu, 11 Desember 2013


Hai sahabat sahabatiku yang berbahagia..,
ketemu lagi dengan saya yang suka usil menulis hal-hal yang gak penting, hahaha.. Hari ini, hari rabu tanggal 11 desember 2013, bapak ketua kelas kami, menginformasikan bahwa teman sekelas kita, yang bernama Elis Fitriani tidak bisa masuk kuliyah karena kena musibah "kecelakaan", Asstaghfirullah...selaku teman sekelas Elis (pamggilan akrabnya) bermaksud untuk menjenguk dia yang terbaring sakit dirumah. Setelah selesai kuliyah , pak ketua mengumumkan dengan raut wajah yang sedih, "Assalamu’alaikum.. mohn perhatian kepada seluruh teman-teman, saya tadi dapat info kalo sahabati kita, Elis tadi pagi kecelakaan waktu mau berangkat kuliyah, maka dari itu saya selaku pengurus kelas mengajak kalian semua untuk menjenguk dia bareng-bareng, nanti kita berangkat bersama sekitar pukul 13:15, saya harap semuanya bisa ikut begitu iya?", "Iya pak.." jawab teman-teman.
Cuaca pada hari itupun tidak mendukung, langit penuh dengan kabut hitam yang seakan-akan tidak menahan beratnya air, maka dari itu kami bergegas berangkat keburu hujan datang. Karena saking terburu-burunya kami dan teman-teman tidak sempat mengecek kondisi motor masing-masing yang mau dikendarai menuju rumah Elis. Di tengah-tengah perjalanan, yang namanya musibahkan tidak pilih-pilih siapa orangnya dan dimana tempatnya, pak ketua yang kena musibah, tiba-tiba motornya mogok dikala teman-teman menikmati perjalanan. "woii.. sek sek pak, mandekko, motorku mogok woii.." teriak pak ketua. Dan salah satu dari pengendara berhenta dan menanyai pak ketua, "nyapo Tif, kentekan bensin ta?”, tanyanya. "gak ngerti aku, ndek mben yo ngunu ogh pas ‘gone mustofa kae, pas mulihe aq mogok peng 3 e, junz ogh..", dengan muka sebelnya pak ketua. Sungguh kasihan pak ketua, ditambah lagi dengan hujan turun, halah semakin murung wajah Latif
.
"west ngene e pak, motormu tinggal disek, titipno neng ‘gone warga sini, la awakmu, boncengan karo cah-cah sing dewean", usulan dari sahabatnya. "Yoez ne’nu ra po2, aq tak nitipne motorku sek ea", jawab ketua. Dan akhirnya pak ketua gak jadi bawa motor sendiri, dia boncengan dengan sahabatnya. Setelah kira-kira menempuh perjalanan 30 menit, kita sampai di rumah Elis. Kita masuk dengan sikap dan prilaku sopan, layaknya seseorang yang mertamu ke orang lain, dengan tujuan kita tidak mau almamater kita di cap kurang baik di hadapan orang tua Elis, (hahaha.. gombal). Kemudian perwakilan dari kita masuk duluan, "Assalamu’alaikum..", kata dia. "wa’alaikumsalam.. monggo pinarak mlebet dekk..", dengan wajah senyum tuan rumah menjawab. Dan semua sahabat-sahabati ikut masuk satu persatu sambil menjabat tangan tuan rumah dan si Elis yang sedang sakit itu. Lalu  kita duduk dan sambil menanyai gimana keadaan si Elis dan bagaimana kronologisnya kog sampai kecelakaan.
Di awal-awal kita semua sopan dan senantiasa mendengarkan kronologis yang menimpa si Elis, sambil istirahat dengan posisinya masing-masing. Tidak lama kemudin datanglah minuman hangat yang di hidangkan untuk kita. "mas niki unju’ane, monggo dipun unjuk, entene ‘geh ngoten niku ten mriki.. hehe.." dengan sikap endelnya sang penghidang. "’geh bu.. matur nuwun, ngepoti mawon..", basa basi sahabat-sahabati semua di iringi datangnya makanan-makanan ringan yang di taruh di atas piring cantiknya. Dasar kita semua plang dari kampus belum sempat makan, tanpa meingat teman-temannya, lansung di santap makanan yang yang ada di hadapannya. Maklum lah podo luwene, haha.. tapi anehnya ada beberapa anak yang sok gaya-gayaan, kalo di tawari makanan tersebut, "sudah sudah, situ aja ben di makan temen-temen", katanya dengan malu-malu. Ehh.. dikala sahabat-sahabatinya turut bersimpati pada keluarga Elis, malah dengan lahap menyantap makanan-makanan tersebut tanpa malu-malu. Hampir 4 piring habis dilahap oleh mereka, junz west ura umum, memang begitu ulah si gerombolan kelas kita yang agak kocak itu. Sungguh memprihatinkan.
Kata kang Tri haryono, "bang Ali, awakmu pindaho kene ndang lungguhmu, pindaho madep rene", sambil menunjuk arah depannya Ali. "la nyapo mas?" bang Ali kebingungan. Kata pak Tri "west ta pindaho kunu, ben sing duwe umah gak lungguh kunu, ne’ sing duwe umah lunnguh kunu, awak e gak iso mangan-mangan neh, mergo sungkan". Dengan semangat bang Ali pindah tempat duduknya dan pindah ke tempat yang ditunjuk pak Tri tadi. Heedheehh.. tarah podo gragase (ne’ jare wong jowo) yo tetep budal. Hahaaa..
Makan-makan dan terus makan poko’e, wes gak peduli dengan orang di sekitarnya, mereka gak malu-malu lagi, malah malu-maluin, tenanan! Huft ogh cah2 wie. Dengan sikap yang seperti itupun, sempat ada yang mengutil makanannya. Ketika itu Huda bertanya pada Farid "Rid, tas e sopo wi, gorene tak isenane salak, dari pada ra kepangan ‘ko",  dengan sikap lugunya Farid mengasihkan pada Huda. Dalam sekejap bang Ali juga punya usulan, (la kog ngepasi aku bawa jaket yang ada tutup kepalanya), "Hid, reneo nyedak o jale, jaketmu tak isenane salak juga gorene!", kata bang Ali. (Lha kog tenan ogh, salaknya di masukkan ke tutup kepala jaketku, aku yo gelem ae ta, dasare wong luwe ge’ diyan ogh, haha..).
Tidak lama kemudian pak ketua pamit ke tuan rumah sekaligus mendo’akan si Elis, semoga cepat sembuh dan segera masuk kuliyah lagi bergabung dengan sahabat-sahabatinya semua. Pak ketua pun mengawali berjabat tangan pada tuan rumah di susul sahabat-sahabati yang lain sambil berjalan keluar rumah. Ada satu anak yang tidak mau berjabat tangan dengan tuan rumah, sebenarnya tidak ada masalah apa-apa, akan tetapi dia khawatir buah salak yang di taruh di tutup kepala jaket tadi jatuh bergelundungan di depan tuan rumah di saat berjabat tangan, dia malu kalo sampek itu terjadi beneran kan, akhirnya dengan PDnya dia keluar rumah diam-diam, dasar koplak. (neg umpomo pas salaman ge’ salak e jatuh kabeh nuw ndahne isine ea, hahaa...).
Tapi semua itu aman dan semua mengendarai sepedanya masing-masing dan bergegas pulang. Di tengah perjalanan kami berhenti di tempat dimana pak ketua tadi menitipkan motor. Untuk sementara motornya bisa lagi di kendarai, tapi di tengah perjalanan, motornya mati lagi, dengan ikhlas si Huda mendorong motor si Latif sambil di kendarai. Setelah beberapa meter kemudian kami berhenti, kami membongkar motor Latif yang mogok tadi. "Nyapo ta jane motormu kie", tanya temannya. "gak ngrti aku ke" jawab Latif. "entek bensine paling, delok en neh jal" sahut teman yang lain. Setelah di bongkar dan di benahi oleh teknisi kita si Huda, akhirnya bisa lagi di kendari. (luar biasa si Huda, diam-diam bisa mbengkel, hehe..). sesudah itu kami meneruskan perjalanan pulang kami dan sampai tujuan dengan selamat semua tanpa ada halangan suatu alangan apapun. Hehe..
Ok sahabat sahabatiku semua, itulah seklumit cerita dari kami, jika ada kesamaan di dalamnya, saya mohon maaf, bukan untuk melecehkan atau gimana, hanya sekedar hiburan semata.. terima kasih..

0 komentar:

Posting Komentar